CINTA HOAX
Oleh: Ilham Suripink
Rasanya tak berguna lagi meluangkan waktu mengusap layar handphone. Apalagi dengan tujuan untuk membuka akun di media sosial. Semua kabar buruk berawal dari sana. Harapan indah di depan mata seketika sirna dengan satu kedipan mata. Andai dunia dapat terbagi dua, ingin rasanya melabuhkan diri di belahan bumi yang lain.
Kira-kira begitulah ungkapan kekecewaan Fajar saat beberapa jam lalu Ia membuka akun facebooknya. Memang buruk kabar Ia terima. Sangking buruknya, rambutnya yang ikal dan wajah sawo matangnya dihiasi kumis tipis seakan tak mampu lagi menggambarkan kesangaran dirinya. Bukan karena ramainya status-status akun di facebook yang terus saling menghujat sesama pemeluk agama. Bukan pula karena banyaknya gambar dan video tentang kebobrokan para calon presiden. Tapi, semua itu berawal ketika Ia melihat salah satu akun facebook bernama Riswan Anak Jalanan dibagikan oleh salah satu teman Fajar bernama Fikri. Gambar itu merupakan sebuah gambar foto undangan pernikahan. Parahnya, undangan itu bertuliskan rencana pernikahan seorang wanita bernama Rismanda bersama seorang lelaki bernama Riswandi. Alangkah perihnya perasaan Fajar saat itu. Sebab nama yang terukir di undangan itu tak lain adalah kekasih yang Ia pacari dua bulan lalu. Sebuah kewajaran jika suasana hati lelaki itu kelam, gelap gulita. Harapan ingin merajut kasih berujung di pelaminan lagi-lagi sirna dalam sekejap. Sebuah harapan yang hilang tak berjejak. Demikian ujaran batin Fajar.
Hampir tak ada kata maupun kalimat sederhana yang mampu menggambarkan kegalauan hati Fajar. Apalagi jika hanya untaian kalimat indah yang bakal berniat untuk menghibur hatinya. Sama sekali tak akan mempan. Remuk, hancur berkeping-keping begitulah perasaan hatinya jika ingin digambarkan menjadi sebuah materi. Nafas tak karuan, mata merah berkaca-kaca, disertai jantung berdegup kencang. Sungguh lelaki malang itu terus mencoba mengendalikan amarah hatinya.
“Ah… Sudah. Aku seorang lelaki. Aku tak boleh cengeng. Dunia tak selebar daun kelor. Masih begitu banyak wanita diluar sana yang bisa menggantikan posisinya. Siapa dia? Dia hanya wanita murahan yang begitu gampang tergoda,” begitulah kalimat dalam hati yang Ia terus bisikkan ke dalam relung hatinya. Sembari mengatur irama nafas, pelan-pelan Ia kembali membuka akun facebooknya. Fajar lalu mencari sebuah nama Risma Nanda. Fajar mungkin bermaksud untuk menghapus pertemanannya dengan wanita yang dikenalinya di sebuah toko pakaian itu. Tapi…
“Kecewa boleh. Tapi Aku akan lebih kalah jika dia tahu kalo aku ini sakit. Baiklah,” kembali sebuah kalimat yang tak terdengar kembali merasuk ke dalam pikiran Fajar. Seketika wajahnya tersenyum. Sebuah ekpresi spontan yang menggambarkan lahirnya sebuah ide baru.
Tak lama berselang, dengan cepat Fajar mengambil laptopnya yang sedari tadi sudah on. Dengan keahliannya mengedit gambar, Ia pun memutuskan mengedit sebuah gambar dirinya bersama wanita berjilbab. Entah bermaksud apa. Tak memakan waktu lama, akhirnya empat foto dirinya bersama foto wanita berjilbab selesai diedit. Hasilnya memang benar-benar seperti asli. Kembali wajah Fajar mengekspresikan sebuah kesenangan.
Saat semuanya telah usai, Fajar yang baru saja menjadi alumni di sebuah sekolah kejuruan di kota Mamuju, Ia pun kembali maraih hapenya. Meski membingungkan maksudnya apa, Ia kemudian membuat satu akun facebook baru dengan menggunakan profil wanita. Ayu Andira. Semua hasil editan foto yang Ia buat sebelumnya Ia masukkan ke dalam akun barunya itu. Saat semuanya telah usai, dengan memasang foto profil wanita berjilbab, Ia lalu meminta pertemanan dengan akun facebook milik Risma. Tak tahu bermaksud apa, jelasnya, status hubungan di akun yang baru saja Ia buat itu berstatus menjalin hubungan berpacaran dengan akun lamanya, Muh. Fajar. Mungkin terkesan lucu, Fajar tersenyum.
Malam benar-benar larut. Jam di layar hape Fajar terukir angka 12.45. Usai membuat status di akun facebook dan whatsappnya “Selingkuh Satu Ada Seribu. Selamat..!”, Fajar pun mencoba merebahkan diri di tempat pembaringannya. Meski tak dapat dipungkiri, wajah manis seorang Risma yang menyerupai wajah artis India Aswaria Rai terus saja menari-nari di ingatannya. Untung saja, kantuk benar-benar menyerang kelopak matanya. Meski agak sulit, Fajar pun akhirnya benar-benar terlelap. Kegundahan hatinya untuk sementara menghilang di telan kegelapan malam.
***
Malam kembali berlalu. Mentari pun tak lama lagi berubah nama menjadi surya. Kokokan ayam jantan pun sudah jarang terdengar. Terlihat Fajar masih terpulas di pembaringan. Gayanya yang terlentang menggambarkan Ia benar-benar sejenak melupakan kehidupan asmaranya yang semalam telah redup. Bahkan 7 panggilan tak terjawab yang baru saja terlihat di layar hapenya tak mampu membuatnya terbangun dari mimpi. Untung saja, sinar matahari yang menyelinap masuk melalui jendela kamar terus menampar wajahnya. Dengan terpaksa, lambat laun Fajar pun merasa terganggu. Ia terbangun. Rencana adiknya yang memang sengaja ingin membangunkan Fajar secara halus akhirnya berbuah. Memang, sesaat sebelum adik perempuan Fajar berangkat sekolah, dengan sengaja Ia membuka lebar-lebar daun jendela kamar Fajar.
Saat usai melepaskan sisa-sisa tidur yang masih berserakan di wajahnya, Fajar memutuskan untuk tidak berbuat aktivitas lain selain bermedsos. Saat Ia melihat ada banyak panggilan tak terjawab dari Risma, sambil tersenyum Ia membuka akun fb baru yang semalam Ia buat. Ayu Andira. Hanya ada satu pemberitahuan muncul di berandanya. Risma Nanda menerima permintaan pertemanan anda. Begitulah kurang lebih pemberitahuan yang Fajar baca. Tak lama berselang, hampir bersamaan 4 pemberitahuan kembali muncul di beranda. Ketiga-tiganya pemberitahuan tentang akun Risma Nanda menyukai foto postingan Fajar. Sesaat kemudian, 1 pemberitahuan bahwa akun Risma Nanda mengomentari salah satu foto tersebut. Dengan tenang Fajar membuka pemberitahuan itu,
“Selamat”, satu kata itulah yang tertulis di bagian komentar foto postingan itu. Dengan tega, Fajar pun menulis komentar balasan,
“Jangan Rebut Pacar Orang,” walau terkesan sadis, Fajar bahkan hanya tersenyum kemudian beralih ke akun facebook lamanya, Muh. Fajar.
Tanpa berpindah dari tempat pembaringan, Fajar terus memusatkan perhatian ke layar hapenya. Saat membuka facebook, 9 pemberitahuan terpampang jelas di sudut akunnya. Dibukanya satu persatu. Rupanya dari kesembilan pemberitahuan itu, semuanya ada pada postingan kalimat statusnya semalam sebelum Ia tertidur. Salah satunya pemberitahun tentang adanya komentar dari akun Risma Nanda.
“Selamat, Nah. Semoga Kebohongan ini membuatmu bahagia.”
Siapapun yang membaca komentar itu, pastinya terharu. Tak terkecuali Fajar. Sebuah komentar pilu yang menggambarkan luapan kekecewaan wanita terhadap seseorang yang dicintai. Akan tetapi, postingan foto undangan pernikahan yang Fajar lihat membuat hati dan pikirannya buta. Tak ada lagi rasionalisasi yang Ia coba pikirkan. Bahkan rasa empati sekalipun sama sekali Ia halau untuk masuk ke dalam hatinya. Salah satunya dengan cara menonaktifkan hapenya. Sungguh kekecewaan berbuah dendam benar-benar merajai hatinya saat itu.
Seperti biasa, Sebelum memulai aktivitasnya sebagai calon mahasiswa baru di STKIP DDI Mamuju kampus Topoyo, Fajar bergegas ke dapur untuk membuat secangkir kopi. Bila ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok, Fajar merasa segala kegundahan hati menerima kenyataan bahwa Risma pacarnya akan menikah serasa akan mudah hilang dalam ingatan. Fajar pun terlihat duduk bersantai di depan pintu rumahnya.
***
“Semuanya baik-baik sekarang,” Begitulah kesimpulan pikiran dan perasaan Fajar siang itu. Ia dengan yakin akan memulai harinya dengan biasa-biasa saja. Seolah tak ada masalah, Ia memutuskan untuk ke kampus untuk menyelesaikan segala persyaratan administrasinya sebagai calon mahasiswa baru. Dengan mengendarai kuda besinya yang berplat DC, Ia pun melaju di tengah-tengah keramaian jalan poros Tumbu-Topoyo.
Hanya berselang 5 menit dari rumahnya, Fajar akhirnya sampai di kampus. Baru saja Ia melepaskan helmnya, tiba-tiba saja pandangannya terantuk pada sebuah pemandangan yang tak Ia sangka sebelumnya. Pandangan itu tak lain pada seorang wanita berjilbab hitam menggunakan kaos abu-abu yang begitu serasi dengan jeans biru yang membalut keindahan seluruh tubuh wanita itu. Fajar pun tercengang. Ia tak mampu berbuat apa-apa. Sejenak Ia terpaku. Fajar terdiam seribu bahasa beberapa detik di atas motornya.
“Itukan Risma. Berarrti Dia mau kuliah di kampus ini juga,” walau sekedar menghilangkan rasa kagetnya, dengan melihat map berwarna hijau persis map miliknya, Fajar mencoba menebak maksud dan tujuan Risma berada di kampus itu.
“Kuliah. Katanya mau nikah. Ohh… Berarti Dia akan kuliah sesudah menikah,” lamat-lamat kecurigaan Fajar lahir dalam batinnya. Apa benar Risma akan kuliah? Kalau benar, otomatis Dia akan kuliah satu kampus dengan wanita yang membuatnya kecewa. Atau jangan-jangan, Risma belum ada rencana untuk menikah? Tapi foto undangan di facebook itu undangan siapa??? Terus saja batin Fajar dengan sengaja membuat pertanyaan yang kemungkinan besar Ia akan jawab sendiri.
“Ah, Sudahlah. Santai mas bro..” Fajar tersadar. Ia kembali menenangkan hatinya. Ia bergegas turun dari motornya. Kemudian dengan mantap menghampiri Risma yang masih berdiri menunggu antrian di depan loket kantor kampus.
Hanya berkisar lima meter jarak antara Fajar dan Risma, tak dapat dihindari, pandangan keduanya saling bertabrakan. Risma pun menyadari kedatangan Fajar. Otomatis, Wanita itu pun kaget. Apa yang menjadi pertanyaan Fajar tentangnya, kini giliran Risma merasakannya. Tak mungkin mereka akan berada dalam satu naungan kampus selama kurang lebih 4 tahun ke depan.
Mungkin akibat rasa kecewa yang masih begitu kental terasa, Risma dengan cepat membuang pandangannya. Sangat Jauh pandangan itu dari posisi dimana Fajar berdiri. Rasa dendam bercampur benci seketika menjulang tinggi saat Ia tahu bahwa lelaki yang sebelumnya diharapkan mampu membimbingnya rupanya termasuk salah satu dari sekian banyak lelaki murahan di dunia. Golongan lelaki yang patut diberi hukuman gantung bersama orang-orang yang suka menebar kebencian di akun facebook.
Sedikit berbeda dengan apa yang ada di benak Fajar. Sesuai rencana awal yang tak ingin dikatakan lelaki patah hati korban php, Ia justru memberanikan diri mendekati Risma. Meski agak ragu, Fajar mencoba menyembunyikan kebenciannya.
“Selamat yah. Kapan acaranya? Acara dulu baru ospek atau ospek dulu baru acara?” dengan santai fajar mengulurkan tangannya ke arah Risma.
“Maksudnya?” Risma membalas dengan datar tanpa menggubris uluran tangan Fajar yang bermaksud ingin bersalaman.
“Hmm. Dengar-dengar sebentar lagi ada acara pernikahan. Undang yah?”
“Issst. Siapa juga yang mau nikah.”
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Risma barusan, Fajar seketika tercengang. Dibenaknya sedikit terjadi kebingungan.
“Ah, Sudahlah. Kabar baik tidak baik disembunyikan. Jangan lupa undang yah. Saya pasti datang,” Fajar mencoba melerai kebingungannya. Sayangnya, Risma membalas perkataannya sama sekali tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya,
“Kamu mau kuliah disini juga yah?” Masih datar terdengar kalimat yang keluar dari bibir tipis Risma.
“Iya.”
“Oh…!” Sesaat setelah tahu bahwa Dia bakalan satu kampus dengan lelaki yang membuatnya sakit hati, Risma tiba-tiba saja angkat kaki. Ia rupanya memutuskan untuk meninggalkan kampus sebelum mengembalikan formulir pendaftarannya. Bukan hanya Fajar yang kaget. Salah seorang wanita yang sedari tadi terlihat sibuk menyelesaikan urusannya dengan salah satu staf kampus ikut bereaksi.
“Ris, giliran kamu. Hey, Kamu mau kemana?” terdengar teriak panggilan Wanita itu. Fajar yang menyimpulkan bahwa Wanita itu berarti teman Risma, Ia pun mencoba menghentikan langkah Wanita itu.
“Teman Risma yah?”
“Iya. Dia mau kemana?” Wanita itu balik bertanya.
“Saya juga tak tahu. Oh yah, kapan acaranya?” Fajar rupanya masih diselimuti rasa penasaran tentang kabar pernikahan Risma.
“Maksudnya?” Wanita itu sedikit bingung.
“Maksudnya, Risma kapan nikah?” Fajar memperjelas.
“Siapa bilang Dia mau nikah? Saya tetangganya tidak pernah mendengar kabar pernikahannya,”
“Katanya Dia mau nikah dengan Riswandi. Betulkan?” mendengar pengakuan Fajar, Wanita itu justru tersenyum.
“Siapa yang bilang. Saya tahu persis tentang Risma. Saya ini sepupunya. Memang Riswan sampai sekarang masih suka dengan Risma. Tapi semenjak Risma tahu bahwa Riswan selingkuh, Risma memutuskan untuk pacaran dengan Fajar. Hanya saja, tadi Risma cerita, bahwa Fajar rupanya sama dengan Riswan, sama-sama pengecut,” entah mengapa, Wanita yang rupanya tetangga plus sepupu Risma itu sedikit bercerita tentang Risma pada Fajar. Alhasil, lamat-lamat Fajar dihantui rasa bersalah. Penyesalan merajai hatinya saat itu.
“Saya Fajar. Sepertinya ada yang salah paham,” seperti berbicara sendiri, Fajar memperkenalkan dirinya pada Wanita itu.
“Oh, kamu Fajar. Plaaak…!” ibarat di film-film, wanita yang tak jelas maksudnya apa, seketika saja melayangkan telapak tangannya ke wajah Fajar.
“Dasar laki-laki. Itulah tamparan Risma untukmu,” Wanita itu melanjutkan amarahnya sesaat sebelum Ia berlalu turut meninggalkan Fajar yang masih memegang pipinya.
“Rasanya tak berguna lagi meluangkan waktu mengusap layar hape. Apalagi dengan tujuan untuk membuka akun di media sosial. Semua kabar buruk berawal dari sana. Harapan indah di depan mata seketika sirna dengan satu kedipan mata. Andai dunia dapat terbagi dua, ingin rasanya melabuhkan diri di belahan bumi yang lain”.
Ungkapan kekecewaan Fajar kembali terulang. Ia baru tersadar. Rupanya Ia telah menjadi salah satu korban kabar hoax di media sosial. Undangan pernikahan Risma pacarnya rupanya hanyalah salah satu gambar hasil editan orang yang tidak menyukai hubungan mereka. Mengapa Ia sebelumnya tak menyadari akan penyebaran berita semacam itu. Padahal Ia sendiri dengan begitu mudahnya membuat berita hoax hanya dengan postingan foto editan yang dibuatnya sendiri. Memang, media sosial tempatnya berita hoax cepat tersebar. Maka tak heran, begitu banyak korban yang termakan dengan hasutan berita palsu tersebut. Berbeda kepentingan membuat segala niat buruk seseorang begitu mudah disebar luaskan. Korbannya tak dapat dihitung jari. Jauh melampaui jumlah korban gempa dan tsunami Palu Donggala yang menelan ribuan korban jiwa.
Terlihat Fajar masih terdiam kaku. Walau menyesali kebodohannya yang begitu mudah mempercayai berita di media sosial, tapi di benaknya tak ada kata terlambat untuk memulai kembali hubungan bersama Risma dari awal. Status berpacarannya dengan Risma masih seumur jagung. Tidak mungkin Ia akan menyudahinya hanya dengan kasus korban berita hoax. Biarlah Risma meninggalkannya hari itu. Tanpa kabar hoax, Fajar akan mendatangi rumah Risma untuk meminta maaf. Sebab cinta, tak mengenal kata hoax. Demikian Jerit hati Fajar sesaat sebelum Ia menyerahkan formulir pendaftaran dirinya sebagai mahasiswa baru di kampus STKIP DDI Mamuju Kampus Topoyo.
Sekian…!